Hampir setiap pagi
dan sore ia melewati tempat tinggal kami sambil membunyikan musik keras-keras. Lagu-lagunya
sudah sangat familiar di telinga anak-anak. Lagu naik kereta api, burung
kutilang, pohon cemara, pelangi, dan masih banyak stok lagu anak-anak lainnya. Saat
tiba di depan rumah, ia pasti memelankan kayuh roda kendaraan yang menyerupai
delman, namun menggunakan sepeda. Dan suara anak-anak yang berteriak gembira
menyambut kedatangannya adalah kebahagiaan buat ia karena sebentar lagi rezeki
akan berpihak kepadanya.
"Pada hari
minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman
istimewa ku duduk di muka
Kududuk samping
pak kusir yang sedang bekerja
Mengendali kuda
supaya baik jalannya"
Salah satu lagu
yang selalu ia putarkan untuk anak-anak. Jika sehari saja ia tak tampak, maka
ibu-ibu pasti akan bertanya-tanya. Ke mana ia? Sakitkah? Pulang kampungkah?
Sudah bisa menebak,
siapakah dia? Ya, dialah tukang odong-odong.
Tukang odong-odong
yang setia menghampiri kompleks kami setiap pagi dan sore adalah primadona bagi
ibu-ibu. Betapa tidak, anak yang malas makan akan jadi lahap makannya saat
bermain odong-odong. Anak yang rewel akan jadi anteng, lalu sesama ibu-ibu akan
jadi lancar ngerumpinya.
"Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku"
Terkadang ibu-ibu
yang menunggui anak-anaknya juga ikut menyanyi lagu yang mungkin mengingatkan
mereka dengan masa kecil mereka. Cukup dengan seribu rupiah setiap tiga lagu,
anak-anak bisa menikmati sensasi naik turun, maju mundur, di atas odong-odong
yang berbentuk hewan atau berbentuk motor. Walau tak sama persis, tapi
sensasinya menyerupai permainan di mall-mall yang menggunakan koin atau member card dengan sistem gesek. Harga di mall
tentu lebih mahal, kan?
Selain harganya
yang sangat terjangkau, kehadiran odong-odong juga sebagai bentuk pelestarian
lagu anak-anak. Ya, karena di stasiun tv sekarang sudah sangat jarang anak-anak
bisa menyaksikan lagu yang sesuai dengan umur mereka.
Satu, dua lagu selesai terputar. Abang
tukang odong-odong masih terus mengayuh roda sepedanya, agar sensasi naik turun
dan maju mundur yang dirasakan anak-anak tak berhenti.
“Bang, berapa lagu lagi?” Tanya seorang ibu.
“Satu lagi seribu” Jawab Abang tukang odong-odong.
“Dua ribu deh” Ibu itu menyerahkan selembar dua ribuan.
Kini lagu burung kutilang yang menjadi musik pengiring.
Di pucuk pohon cemara
burung kutilang berbunyi
bersiul-siul sepanjang hari
dengan tak jemu-jemu
mengangguk-angguk sambil berseru
trilili lilili lilili
sambil berlompat-lompatan
paruhnya slalu terbuka
digeleng-gelengkan kepalanya
menentang langit biru
tandanya suka ia berseru
trilili lili lilili
Fadel pun, ketagihan bermain odong-odong. Bersama
tiga orang teman sebayanya, ia sudah bisa menaiki odong-odong sendiri. Awal
mengenal odong-odong saat ia masih berumur 2 tahun, ia masih minta bantuanku
untuk menggendongnya menaiki permainan kesayangannya ini. Pernah sekali saya
merasa sangat senang saat lagu-lagu yang diputar oleh abang tukang odong-odong
lain dari biasanya. Lagu tema dewasa? Oh, tentu bukan. Kalau lagu-lagu dewasa
yang terkadang galau-galau itu yang diputar, tentu semua ibu-ibu akan protes
dan anak-anak pun tidak akan anteng
di atas odong-odong. Kali ini lagu yang diputarkan adalah lagu daerah dari berbagai
daerah di Indonesia. Ampar-ampar pisang, Manuk dadali, apuse, soleram, dan Wow!
Angingmammiri juga ada. Walaupun tidak tiap hari diputarkan lagu –lagu daerah
itu, minimal mengenalkan ke balita yang sering naik odong-odong dengan lagu
daerah yang hampir tidak pernah lagi ada di tv.
heheheh, anakku juga pada penasaran naek odong-odong mba... suatu saat deh mreka bisa cobain :)
ReplyDeleteTerima kasih telah berbagi kisah... hingga tanpa sadar semakin langka pencetus ide kreatif dalam mencipta lagu anak. Sehingga menjadikan anak - anak tumbuh dewasa sebelum waktunya tergerus lagu - lagu galau nan romantis.
ReplyDeleteTanpa sadar pula "Sang Penjaja odong-odong telah berjasa besar untuk melestarikan musik yang dulu membumi "cetar membahana" di lafalkan oleh anak - anak manis.
Salam kenal dari Yudha_rui #FromDeBloggerWithHeart
Odong-odong ini unik, entah kapan siapa yang mencetuskan hiburan untuk anak-anak seperti ini. Unik, apakah di luar negeri ada yang seperti ini? Kreatif dan bermanfaat bagi anak-anak ;) karena hanya mereka yang mau mengenalkan lagu anak-anak tetap didengungkan di tengah masyarakat, tentunya buat anak-anak.
ReplyDelete