Saya merasa tergerak untuk menuliskan ini karena pernah merasakan hectic-nya saat mencari sekolah yang terbaik untuk anak. Tidak mau buru-buru juga mendaftarkan ke sekolah yang dari luarnya kelihatan oke, karena berhubungan dengan biaya dan yang gak kalah pentingnya adalah kenyamanan Fadel di sekolah. Saya banyak mencari informasi mengenai sekolah di internet, saat itu. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk para orang tua yang sedang mencari informasi bagaimana memilih sekolah yang baik. Tulisan ini adalah lanjutan dari sharing pengalaman saya yang saya posting sebelumnya.
Saat melanjutkan menulis artikel ini, sebenarnya saya seperti flashback ke kejadian tahun 2015 lalu. Saya dan suami sudah survey ke beberapa SD di Jakarta, sudah ada yang cocok juga. Kemudian ketetapan Allah mengharuskan saya hijrah ke Makassar. Fadel yang saat itu naik kelas TK B, saya harus survey TK dan SD sekaligus di Makassar. Untuk mempersiapkan SD-nya di tahun 2016 sekaligus harus segera daftar TK B saat itu. Memilih sekolah untuk anak, bagi saya dan suami bukanlah hal yang remeh. Yang penting deket dari rumah, yang penting biaya murah. Enggak!
O iya, baca juga tips memilih sekolah yang baik (part 1) yang saya tulis beberapa hari yang lalu.
Setelah mencari informasi mengenai reputasi sekolah (termasuk akreditasinya), biaya, jarak antara rumah dan sekolah, saya dan suami membanding-bandingkan beberapa sekolah yang kira-kira cocok untuk Fadel dan sesuai dengan budget kami. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan suami, kami akhirnya memutuskan untuk survey ke beberapa sekolah. Tentunya harus mengajak Fadel. Kami memilih satu hari di mana sekolah yang akan disurvey itu beraktivitas seperti biasa. Bukan di hari libur, karena kami ingin Fadel merasakan atmosfer nyata sekolah itu sehari-hari.
Apa aja yang perlu diperhatikan saat survey sekolah?
Menyamakan persepsi antara visi misi sekolah dan harapan orang tua.
Berkunjung ke sekolah untuk survey, saya menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan pihak sekolah. Biasanya kepala sekolahnya. Sembari menunggu saya, Fadel dan suami berkeliling melihat-lihat lingkungan sekolahnya. Bermain di halaman, berinteraksi dengan siswa-siswi jika itu bertepatan dengan jam istirahat.
Saat berdiskusi, saya berusaha menggali informasi mengenai visi misi sekolah itu. Saya yakin, memilih sekolah yang sejalan dengan harapan kami sebagai orang tua, akan nyaman ke depannya. Visi misi sekolah akan menentukan kurikulum yang digunakan. Bagaimana pihak sekolah menerapkan kurikulum untuk bahan ajar, adalah pondasi awal pembentukan karakter anak selama bersekolah di sana nantinya. Sesuaikah visi misi sekolah tersebut dengan pandangan pendidikan di keluarga dan harapan orangtua? Jika iya, saya akan melanjutkan survey.
Interaksi guru dengan siswa-siswanya
Karena survey kami lakukan di hari sekolah, tentunya kami bisa mengintip suasana kelas saat guru mengajar. Atau saat siswa berpamitan pulang saat dijemput oleh orang tuanya. Semua kami amati. Sekolah yang baik memiliki guru yang dihormati oleh siswa-siswinya. Bukan yang ditakuti.
Komunikasi yang harmonis antara guru dan siswa akan menjamin proses pembelajaran yang efektif. Guru juga perlu mempelajari setiap karakter anak dan mampu merangkul setiap anak dengan segala keunikan mereka masing-masing. Si cerewet tentu berbeda pendekatannya dengan siswa yang pendiam. Atau anak yang manja dengan yang mandiri. Bagi saya, ini penting. Karena ketika anak nyaman berinteraksi dengan gurunya, dia akan semangat berangkat ke sekolah. Setiap hari.
Pergaulan antar siswa
Obrolan sesama siswa juga menjadi poin penting yang wajib saya amati saat survey. Fadel akan menjadi bagian dari pergaulan anak-anak di sekolah itu nantinya. Jadi kami sebagai orang tua harus yakin, pergaulan antar siswa di sekolah itu lebih banyak positifnya dari pada yang negatif. Kalaupun ada yang negatif, harus bisa diatasi di sekolah tanpa perlu membawa oleh-oleh yang negatif ke rumah.
Interaksi pihak sekolah dengan orang tua
Saya selalu senang berkomunikasi dengan guru untuk mengetahui perkembangan Fadel di sekolah. Juga menceritakan bagaimana Fadel di rumah, agar gurunya lebih paham bagaimana karakter Fadel. Saya merasa nyaman dengan sekolah yang menjalin komunikasi yang intensif dengan orang tua siswa.
Di beberapa kesempatan, pihak sekolah mengadakan seminar parenting, untuk me-refresh semangat orang tua dalam mendidik anak, yang tentunya sejalan dengan visi misi sekolah. Atau Family Day untuk menjalin keakraban antar orang tua, guru, dan anak-anak.
Sistem Belajar
Saya lebih memilih SD yang tidak melalui tes calistung sebagai syarat kelulusan anak. Mengapa? Walaupun sebenarnya Fadel sudah bisa calistung saat TK, namun saya yakin kalau belajar calistung seharusnya dimulai di usia SD. Calistung adalah tugas orang tua dan guru SD. Bukan di bangku TK.
Karena alasan ini pula lah, saya tidak memberi Fadel les calistung saat TK. Belajarnya sambil bermain aja. Mengenal konsep huruf dan angka melalui benda. Lebih mengeksplorasi apa yang ada di sekitar, agar motorik kasar dan halusnya berkembang secara seimbang.
Perlu juga diketahui oleh orang tua, bagaimana sistem pemberian Pekerjaan Rumah alias PR untuk anak. Pandangan awam yang masih banyak dipercaya oleh orang tua, PR akan menjadikan anak rajin belajar di rumah. Kalo gak ada PR, anak jadi malas. Benarkah?
Jika sekolahnya pagi hingga sore. Guru memaksimalkan sistem belajar dengan diskusi, alat peraga, siswa belajar mengutarakan pendapat, mencoba untuk re-calling kembali pelajaran yang sudah diberikan. Kemudian sorenya anak butuh bermain, mengaji dan istirahat. Malamnya, bercengkerama dengan keluarga sebagai wujud membangun bonding anak dan orang tua. Di mana letak urgensi PR untuk siswa SD kelas 1?
O iya, saya juga tidak Anti PR yah! Jika guru merasa perlu pendalaman materi dan pembahasan di sekolah belum tuntas, PR sah-sah saja. Intinya PR itu bertujuan agar anak lebih mengerti materinya.
Masih ada beberapa hal yang kami amati saat survey ke sekolah, akan saya lanjutkan di postingan berikutnya.
Tips Memilih Sekolah yang Baik Untuk anak (Part 2) Foto: Manasik Haji 2014 TK Islam Smart Kids - Pejaten Barat |
O iya, baca juga tips memilih sekolah yang baik (part 1) yang saya tulis beberapa hari yang lalu.
Apa aja yang perlu diperhatikan saat survey sekolah?
Menyamakan persepsi antara visi misi sekolah dan harapan orang tua.
Berkunjung ke sekolah untuk survey, saya menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan pihak sekolah. Biasanya kepala sekolahnya. Sembari menunggu saya, Fadel dan suami berkeliling melihat-lihat lingkungan sekolahnya. Bermain di halaman, berinteraksi dengan siswa-siswi jika itu bertepatan dengan jam istirahat.
Visi Misi Sekolah Harus Sejalan dengan Harapan Orang Tua |
Interaksi guru dengan siswa-siswanya
Karena survey kami lakukan di hari sekolah, tentunya kami bisa mengintip suasana kelas saat guru mengajar. Atau saat siswa berpamitan pulang saat dijemput oleh orang tuanya. Semua kami amati. Sekolah yang baik memiliki guru yang dihormati oleh siswa-siswinya. Bukan yang ditakuti.
Fadel dan teman-temannya semangat menyimak penjelasan Bu guru - Kampung 99 Depok |
Pergaulan antar siswa
Obrolan sesama siswa juga menjadi poin penting yang wajib saya amati saat survey. Fadel akan menjadi bagian dari pergaulan anak-anak di sekolah itu nantinya. Jadi kami sebagai orang tua harus yakin, pergaulan antar siswa di sekolah itu lebih banyak positifnya dari pada yang negatif. Kalaupun ada yang negatif, harus bisa diatasi di sekolah tanpa perlu membawa oleh-oleh yang negatif ke rumah.
Tari Arab - Pentas Seni 2014 TK Islam Smart Kids |
Saya selalu senang berkomunikasi dengan guru untuk mengetahui perkembangan Fadel di sekolah. Juga menceritakan bagaimana Fadel di rumah, agar gurunya lebih paham bagaimana karakter Fadel. Saya merasa nyaman dengan sekolah yang menjalin komunikasi yang intensif dengan orang tua siswa.
Fun Family Day. Siswa, Guru, dan Orang Tua seru-seruan ikut games! |
Sistem Belajar
Saya lebih memilih SD yang tidak melalui tes calistung sebagai syarat kelulusan anak. Mengapa? Walaupun sebenarnya Fadel sudah bisa calistung saat TK, namun saya yakin kalau belajar calistung seharusnya dimulai di usia SD. Calistung adalah tugas orang tua dan guru SD. Bukan di bangku TK.
Mengisi air ke dalam botol. Main air, anak-anak pasti senang :) |
Karena alasan ini pula lah, saya tidak memberi Fadel les calistung saat TK. Belajarnya sambil bermain aja. Mengenal konsep huruf dan angka melalui benda. Lebih mengeksplorasi apa yang ada di sekitar, agar motorik kasar dan halusnya berkembang secara seimbang.
Perlu juga diketahui oleh orang tua, bagaimana sistem pemberian Pekerjaan Rumah alias PR untuk anak. Pandangan awam yang masih banyak dipercaya oleh orang tua, PR akan menjadikan anak rajin belajar di rumah. Kalo gak ada PR, anak jadi malas. Benarkah?
Jika sekolahnya pagi hingga sore. Guru memaksimalkan sistem belajar dengan diskusi, alat peraga, siswa belajar mengutarakan pendapat, mencoba untuk re-calling kembali pelajaran yang sudah diberikan. Kemudian sorenya anak butuh bermain, mengaji dan istirahat. Malamnya, bercengkerama dengan keluarga sebagai wujud membangun bonding anak dan orang tua. Di mana letak urgensi PR untuk siswa SD kelas 1?
O iya, saya juga tidak Anti PR yah! Jika guru merasa perlu pendalaman materi dan pembahasan di sekolah belum tuntas, PR sah-sah saja. Intinya PR itu bertujuan agar anak lebih mengerti materinya.
Masih ada beberapa hal yang kami amati saat survey ke sekolah, akan saya lanjutkan di postingan berikutnya.
Mba Ndy, Informatif sekali tulisannya. Kebayang pindahan ke Makassar sambil harus cari sekolah buat Fadel. Saya tunggu cerita lanjutannya ya Mba :)
ReplyDeleteKelanjutannya udah diposting di part 2 dan part 3 ya Kak Awie..
DeleteMakasih udah berkunjung :)
Memilih sekolah jaman sekarang tentu beerbeda dengan jaman saya dulu.
ReplyDeleteSaya belum masuk TK karena di kampung memang belum ada. SD masuk sekolah di kampung sendiri dan hanya satu pilihan. Lalu SMP sekolah di kota, saya masuk SMP favorit. STM hijrah ke Surabaya, masuk STM favorit,
Kini memang harus mempertimbangkan banyak hal karena berbagai hal misalnya kualitas, jarak, biaya, dan sebagainya.
Saya setuju dengan uraian di atas.
Salam hangat dari Jombang, Jawa Timur.
Terima kasih kunjungannya, Pakde :)
Delete2 tahun lagi saya diperhadapkan pada hal ini, memilih sekolah yang baik untuk Salfa.
ReplyDeleteMasih dilema antara homeschooling atau sekolah formal
Homeschooling salah satu pilihan dari sekian banyak pertimbangan ya Mba..
DeleteASyiknya kalau menemukan yang pas ya Ndy.
ReplyDeleteSayangnya, yang pas biasanya memang harus menyiapkan budget. Belum ada yang menjangkau semua kalangan. Eh atau sudah ada, ya tapi saya sendiri yang tidak tahu?
Iya kak, budget jadi salah satu pertimbangan utama dalam memilih sekolah :)
DeleteDulu ada murid yang bilang ke ibunya, "Aku nggak mau lagi ya, Bu, sama Miss ... Dia cerewet. Kakak nggak suka." Waktu itu saya nggak masuk. Anak ini memang pendiam, jadi nggak suka kalau di-tanya2 mulu, haha... Memang pendekatan tiap anak beda2, makanya guru baiknya ga sering ganti2.
ReplyDeleteBener Mba. Guru harus memahami karakter anak-anak ya :)
DeleteIni nih, milih sekolah buat anak memang susah, ya. Kudu selektif banget. Saya juga lagi pusing nih. Lagi milih 3 sekolah buat 3 anak saya yang akhir tahun ajaran ini masuk sekolah baru. Si sulung masuk SMA, yang kedua masuk SMP, dan yang ketiga masuk TK. Pilih pilih pilih. Hehehehe....
ReplyDeleteSemangaaaat Mba Nia!
DeleteSalam kenal mbak, Fadel lucu amat pakai baju ala arab gitu xixi. Memilih sekolah emang susah-susah gampang ya mbak. Harus hati-hati dan setuju untuk tidak asal dekat dan harganya murah.
ReplyDeleteSalam Kenal mba Febri. Terima kasih udah berkunjung ke blog saya. Hehehe, kostum narinya ala-ala Arabian :D
DeleteBunda ..jadi inget obrolan trakhir kita soal sekolah baru untuk fadel yaaa
ReplyDeleteBunda Qila makasih sudah berkunjung ke blog saya. Alhamdulillaah dapat sekolah yang pas untuk Fadel di Makassar, setelah galau-galauan karena pindahan :')
DeleteYang pasti sekolah dengan ditambah ilmu agama,
ReplyDeleteselamat dunia akhirattt
Aamiin
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteMbak Ndy, saya baca ke-3 part dari artikel ini lho. Topik tentang milih sekolah anak cenderung saya hindari, karena saya sendiri trauma terhadap sekolah. Saya anak kreatif, tapi semenjak TK sampai S2 dipaksa belajar di sekolah yang diktator, hahahaha..
ReplyDeleteMbak, gimana Mbak bisa menentukan visi misi sekolah itu sama dengan visi misi Mbak? Memangnya visi misi tiap sekolah itu beda-beda ya? Saya kok ngeliatnya semua TK punya misi yang sama: "membuat alumninya diterima di SD favorit"..
Mungkin tujuannya sama Mba, tapi penerapannya beda-beda. Ada sekolah yang menjadikan calistung sebagai syarat lulus untuk masuk SD. Itu yang saya hindari. Karena menurut saya, calistung adalah materi untuk anak SD. Kalaupun di TK sudah bisa calistung, itu karena belajarnya sambil having fun. Bukan memaksa anak. TK yang nasih PR calistung juga a big no bagi saya.
DeleteAda juga pihak sekolah ketika saya survey, lebih fokus membahas mengenai administrasi sekolah, ketimbang sharing tentang komitmen sekolah untuk mengajak ortu bekerja sama dalam membangun karakter anak, dll.
*ngasih
DeleteTerimakasih tips memilih sekolah yang baik, semoga anak saya diterima di sekolah favorit.
ReplyDelete