Orang tua pun pernah muda. Tapi bukan berarti orang tua boleh saja memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak remajanya. Sebaliknya, gak sewajarnya anak dikekang dengan sebegitu membelenggunya. Pelajaran yang begitu menyentil saya sebagai seorang ibu dengan anak yang kian beranjak meninggalkan masa kanak-kanak. Pelajaran yang tidak ditemui di bangku sekolah mana pun. Pelajaran ini wara wiri di timeline social media saya setidaknya beberapa pekan terakhir ini. Ternyata yang dibahas adalah tentang film My Generation, film remaja yang akan tayang di bioskop, menghadirkan kisah persahabatan empat orang remaja yang hidup di era millenial.
Saya kepoin, ternyata film ini disutradarai oleh Mbak Upi. Beberapa film yang disutradarai oleh Mbak Upi pernah saya tonton dan selalu suka film garapannya. Siapa yang gak tau film Realita Cinta dan Rock & Roll, 30 Hari Mencari Cinta, atau My Stupid Boss? Film-film itu adalah garapan sutradara Upi yang sukses menarik perhatian penonton bioskop di jamannya.
Saya kepoin, ternyata film ini disutradarai oleh Mbak Upi. Beberapa film yang disutradarai oleh Mbak Upi pernah saya tonton dan selalu suka film garapannya. Siapa yang gak tau film Realita Cinta dan Rock & Roll, 30 Hari Mencari Cinta, atau My Stupid Boss? Film-film itu adalah garapan sutradara Upi yang sukses menarik perhatian penonton bioskop di jamannya.
Zeke, Konji, Suki dan Orly. Potret 4 anak muda yang merasa orang tua selalu bener. Guru selalu bener. Dan mereka selalu merasa menjadi pihak yang disalahkan. Masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Merasa diri paling benar, merasa harus dimengerti. Hasrat ingin tau yang tinggi, tentunya gak jarang remaja bikin kesalahan.
Remaja. Kebahagiaan dinilai dari kebebasan. Mereka merasa berhak sepenuhnya untuk dunia yang mereka punya. Jika ada hal yang tidak mendukung, udah kayak kiamat bagi mereka. Merasa orang tua gak mau mengerti. Merasa punya orang tua paling galak. Merasa diri sendiri paling gak bahagia.
Ketika orang tua gak bisa menjadi tempat curhat, mereka mencari kebahagiaan di luar sana, kebanggaan bagi mereka. Anak-anak ini, remaja generasi milenial, butuh didengarkan. Butuh tempat nyaman untuk berkeluh kesah.
Kalau dulu anak muda segalau-galaunya curhat di diary yang digembok, sekarang udah banyak banget media untuk jadi tempat curhat. Youtube. Instagram. Facebook. Semua menyediakan panggung, pembaca, penonton. Di saat itulah anak remaja butuh dekapan orang tua. Butuh belai lembut dari ayah dan ibu. Bukan justru dikekang, dimarahin abis-abisan, dinasehatin depan orang banyak, karena justru hal itu yang bikin remaja makin kehilangan rasa nyaman. Bikin menurun kepercayaan dirinya, sampai-sampai banyak remaja yang berontak dengan cara mereka sendiri.
Film My Generation mengangkat fenomena ini dengan mengajak semua pemain baru untuk peran utamanya. Ini tantangannya luar biasa, tulis Mbak Upi di akun instagramnya @upirocks. Tapi sutradara dan produser film My Generation berani ambil resiko ini. Keempat pemeran utama ini sangat bermain luar biasa natural. Mereka seperti gak lagi main film tapi kayak melihat kehidupan mereka sehari hari. Dan mereka sudah bekerja sangat-sangat keras untuk itu, lanjut Mbak Upi.
Bryan Langelo, Lutesha, Alexandra Kosasie, dan Arya Vasco. Wajah-wajah baru dan fresh di dunia perfilman Indonesia. Menurut Mbak Upi, dirinya memang menginginkan memakai wajah-wajah baru karena film Indonesia butuh regenerasi. Selain keempat anak muda ini, film ini juga menampilkan aktor dan aktris kawakan seperti Tyo Pakusadewo, Ira Wibowo, Surya Saputra, Indah Kalalo, Karina Suwandhi, Aida Nurmala dan sutradara Joko Anwar pun turut ambil peran di depan layar.
Eh tapi walaupun pemeran utamanya menampilkan anak muda yang segar, film ini gak main-main digarap oleh Mbak Upi. Riset dilakukan selama dua tahun, untuk mendalami kebiasaan yang dilakukan kids zaman now di social media. Dari riset itulah sutradara Upi menemukan komentar-komentar remaja masa kini yang sering bicara tentang orang tua, pendidikan dan ngomong soal guru-guru mereka.
Suki, Konji, Zeke, Minus Orly saat press conference di Jakarta, 10 Oktober lalu |
Sutradara Upi dan para pemain |
Tak bisa dipungkiri bergesernya gaya hidup modern akibat era digital melahirkan generasi millenial dengan karakter-karakter yang beragam. Dinamika kehidupan mereka memang jauh lebih kompleks dibanding anak muda jaman sebelumnya. Gaya hidup masa remaja yang ingin mencari tahu banyak hal dalam kehidupan. Di sinilah peran orang tua, sekolah dan guru sangat dibutuhkan. Bagaimana orang tua memahami bahwa generasi sekarang jauh berbeda dengan ketika mereka muda dulu. Orang tua dan guru harus siap menghadapi perubahan bahwa saat ini teknologi semakin pesat mengubah banyak hal dalam kehidupan.
Film produksi IFI Sinema ini akan segera tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 9 November 2017 mendatang. Orang tua yang pernah muda, wajib ngajak anak remajanya untuk nobar film ini!
Iya, Mbak Indy.
ReplyDeletePengalaman adalah guru yang paling berharga.
Dan pasti di film ini banyak pelajaran yang bisa kita petik.
Iya, Mbak Indy.
ReplyDeletePengalaman adalah guru yang paling berharga.
Dan pasti di film ini banyak pelajaran yang bisa kita petik.
Risetnya gak tanggung-tanggung selama 2 tahun. Makin penasaran aja sama film ini
ReplyDeleteorang tua jangan lebay mendidik anak, anak juga punya dunianya sendiri. ya ajak bicara aja si anak. film layak ditonton orang tua nih
ReplyDeleteiya bener mbak Indy. Kita perlu nonton film ini, tentu dengan hati dan pikiran terbuka. Tangkap pesannya, biar bisa memahami anak muda sekarang
ReplyDeletePebasaran deh filmnya pasti seru banget yaa
ReplyDeleteSebelum nonton filmnya, mesti siap-siap kesel sama kelakuan kids zaman now dulu.. Tapi abis itu pasti banyak banget pelajaran yang bisa diambil... ^^
ReplyDeleteHm, aku mulai ngeh akan film ini dari TL di FB maupun sosmed lainnya yang membahasnya. Menceritakan anak2 muda masa kini yang hanya berharap kebebasan, dan menyalahkan orang tua yang tak mengerti akan diri mereka.
ReplyDeleteTapi sebenarnya, di balik semua itu, masih cukup banyak sih anak-anak muda masa kini yang baik dan masih bisa diarahkan dengan baik. Ya kan, Mba?
Intinya, keterlibatan ayah ibu, guru dan masyarakat serta lingkungan memang sangat berperan penting dalam membentuk generasi milenial untuk tak semakin mengerikan.
Jadi pengen nonton film ini nanti ah!
film yang nggak sabar buat aku tonton ni mbaa
ReplyDeleteDAn aku pun pernah muda, bahkan jaman now masih memuda terus jiwanya halagh
ReplyDeleteGa sabar nonton pelem ini
Berapa kali lihat tentang film ini di timeline, tapi belum tertarik buat nonton. Heuheuheu.. Saya sukanya film jenis thriller dan action-action agent gitu euy~
ReplyDeleteApa bener sebutannya milenial? Setauku generasi milenial didominasi generasi 90-an. Kalau kids jaman now kayaknya sudah masuk generasi Z sih.
ReplyDeleteHarus nonton film ini deh. Anak sulungku udah mau kuliah, mamanya ini jadi berasa makin tuwir aja hahaha
ReplyDeleteSaya banget tuh nulis di diary bergembok sejak SD. Sekarang mah bisa curhat dimanapun tapi malah bahaya jaman sekarang ya
ReplyDeleteorg tua ditantang untuk bisa menghadapi kelabilan anak remaja sekarang ya...
ReplyDeletengomongin remaja jadi inget lagunya rhoma irama, darah muda darahnya para remaja... #eaaa
ReplyDeleteFilm yang wajib di tonton orang tua menurutku. Thanks mba Ndy ulasannya. Udah nonton kan yaa...
ReplyDelete