Indonesia adalah negara majemuk. Negara kaya yang memiliki banyak suku, adat, bahasa, hingga budaya yang beragam. Dari Sabang sampai Merauke, memiliki ciri khas budaya yang berbeda-beda. Mulai dari upacara adat, pakaian adat, bahasa, hingga lagu dan tarian, semua memiliki keunikan tersendiri.
Hal ini ingin ditunjukkan oleh Bapak Presiden RI Joko Widodo. Pada suatu kesempatan, Beliau menyampaikan pidato kenegaraan di gedung MPR-DPR RI di Senayan dengan menggunakan pakaian adat Bugis. Sejak Pak Jokowi mengenakan Songkok To Bone lengkap dengan busana adat Bugis, songkok ini jadi bahan perbincangan yang begitu masif di social media. Berita online pun ramai-ramai memberitakan ini.
Fadel dan Tantenya |
Sumber: Detik.Com |
Songkok To Bone atau sering disebut songkok recca adalah tutup kepala untuk pria yang khas dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Songkok Recca berbentuk peci yang terbuat dari serat pelepah daun lontar. Pohon lontar merupakan salah satu pohon yang melimpah di Kabupaten Bone. Pelepah daun lontar dipukul-pukul, yang dalam bahasa bugis direcca'-recca', hingga yang tersisa hanya seratnya saja.
Songkok To Bone atau songkok recca sering juga disebut songkok pamiring atau songkok pamiring ulaweng. Dulu banget waktu saya masih kecil, orang tua saya sering bilang songkok pamiring. Saya pikir songkok pamiring itu artinya topi yang digunakan dengan miring, hehehehe.. Ternyata songkok pamiring ulaweng artinya topi dengan pinggiran emas. Umumnya songkok ini berwarna hitam dan krem, dipadukan dengan pinggiran berwarna emas.
Cowok cakep yang lagi ikutan fashion show busana adat :D |
Ayah saya pernah cerita, lebarnya pinggiran emas pada songkok recca menandakan kelas sosial pemakainya. Ada yang menggunakan emas murni di seluruh permukaan songkok, ada yang lebar emasnya berukuran tiga per lima dari tinggi songkok, ada yang seperduanya, ada pula yang tidak diperkenankan menggunakan songkok pamiring ulaweng.
Namun saat ini, seiring berkembangnya kehidupan sosial, aturan-aturan ini sudah tidak berlaku lagi. Siapa saja sudah bisa menggunakan songkok recca sebagai bentuk apresiasi terhadap busana adat bugis.
Pengrajin Songkok Recca (Foto diambil dari regional.liputan6.com | Diedit oleh NdyPada.com) |
Pengrajin Songkok To Bone atau songkok recca yang terkenal di Bone adalah di Desa Paccing, Kecamatan Awangpone. Di sepanjang jalan poros Bone – Sengkang di Desa Paccing, banyak berjejer toko pakaian adat yang menjual songkok recca ini. Tak hanya di Bone saja, tapi di beberapa daerah di Sulawesi Selatan sudah ada pengrajin yang membuat songkok recca dan dijual di banyak daerah, termasuk toko oleh-oleh di Makassar.
Penggunaan songkok recca biasanya pada acara-acara adat seperti pernikahan. Mulai dari prosesi mappettu ada (mappenre doi), mengantar undangan (mattampa), mappacci, hingga akad nikah dan resepsi, songkok recca tak ketinggalan digunakan sebagai tutup kepala bagi kaum adam. Selain acara pernikahan dan acara adat lain, kegiatan pemerintahan di kabupaten Bone juga ada yang mewajibkan menggunakannya di hari-hari tertentu.
Tapi sekarang ini, penggunaannya tak hanya sebatas itu. Banyak juga yang menggunakan songkok recca saat ke masjid untuk sholat ied, sholat Jumat bahkan untuk sholat lima waktu sehari-hari.
Mak Tika Samosir beberapa waktu lalu juga menuliskan tentang adat Batak yang juga mencerminkan keanekaragaman budaya di Indonesia. Sebagai anak cucu yang terlahir sebagai ahli waris dari kebudayaan Indonesia, menjadi kewajiban kita semua untuk melestarikannya. Modernisasi dan kecanggihan teknologi memang sebuah kebutuhan, tetapi ini seharusnya tak mengikis kebudayaan yang menjadi jati diri bangsa.
Budaya Indonesia itu keren-keren ya, Mbak. Aku bersyukur menjadi orang Indonesia yang memiliki kebudayaan yang majemuk.
ReplyDeleteSongkok Recca ini termasuk warisan budaya yang harus terus dilestarikan mbak.. ^^
ReplyDeletekeren songkok nya..
ReplyDeleteHarus kita jaga dan lestarikan baik-baik. Jangan sampai nanti negara lain yang klaim bahwa songkok recca ini berasal dari sana
ReplyDeleteSongkok dari Sulawesi ini memang khas ya, mbak Ndy. Aku baru tahu kalau lebar pinggiran emas menunjukkan status sosial seseorang, meskipun sekarang hal itu sudah tidak berlaku lagi. Semoga warisan budaya ini terus terjaga dan terpelihara.
ReplyDeleteKhas banget ya...
ReplyDeleteIndonesia ini teramat kaya dan saya bangga bisa mengetahui banyak ragam budaya di luar Sunda sebagai suku leluhur saya...
Wahh baca artikel ini jadi tau ragam budaya lainnya. Makasih mba ternyata dari songkok bisa liat kelas sosial ya kalau di sulawesi
ReplyDeleteWah yang dipakai Pak Jokowi itu emas sungguhan ternyata, keren!
ReplyDeleteiyaa bagus nih songkok recca. Katanya beneran ada emasnya? tapi mungkin buat model tertentu kali ya
ReplyDeleteDi Sumbawa juga banyak yang pakai songkok jenis begini.
ReplyDeleteCantik nian songkok-songkoknya...
ReplyDeleteDulu kami pernah tinggal di Medan untuk waktu yang lama. Sehingga Bapak rahimahullah juga sikit-sikit berbahasa Melayu.
Tapi semenjak pindah ke Jawa, bahasa Melayu itupun perlahan menghilang...terganti oleh bahasa Jawa medhok. Hihii..
Hebat nih masih melestarikan kebudayaan daerah dengan menggunakan produk lokal, sehingga gak hilang tergerus modernisasi
ReplyDeleteSemua yang di pakai jokowi memang cepat sekali jadi viral.
ReplyDeleteTapi memang bagus sih mba songkok nyaa :D
Kalau ada di jual online pengen deh beliin buat ayah satu.
Wah baru tadi, luar biasa kekayaan budaya Indonesia.
ReplyDeleteBabyjo punya songkok recca juga kaya kakak fadel, beli waktu mudik lebaran ke Bone :D
ReplyDeleteNdy, jaman dulu mungkin di kalangan raja-raja dan bangsawan, pinggirannya dari emas betulan, dih?
ReplyDelete