Nosarara Nosabatutu. Merupakan semboyan dalam bahasa Kaili yang berarti: Kita Bersaudara, Kita Bersatu. Di kawasan perbukitan Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Palu, semboyan Nosarara Nosabatutu ini menjadi nama sebuah monumen.
Nosarara Nosabatutu: Wisata Instagramable di Kota Palu |
Jalan menuju ke lokasi perbukitan ini cukup mudah dan tak jauh dari Kota
Palu. Alam di sana menyambut setiap yang datang dengan kesejukan. Waktu
waktu berkunjung ke sini, saya menumpang taksi online. Sekira 20
menitan dari tempat saya menginap, Hotel Santika Palu.
View dari belakang Menara Nosarara Nosabatutu |
Selain Menara Nosarara Nosabatutu, di Kawasan ini juga ada Gong Perdamaian. Gong ini terdiri dari 3 bagian lingkaran dan 1 bagian yang menonjol keluar. Terdapat 444 logo beserta nama Kota dan Kabupaten yang ada di Indonesia, pada lingkaran paling luar gong.Lalu di lingkaran tengah, ada 33 logo beserta nama Provinsi di Indonesia. Tulisan “GONG PERDAMAIAN NUSANTARA, SARANA PERSAUDARAAN DAN PEMERSATU BANGSA” melingkar mengelilingi diameter gong bagian tengah. Lingkaran dalam, terdapat 5 logo agama yang ada di Indonesia, yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Buddha dan Hindu. Pada bagian yang menonjol keluar pada gong, terdapat gambar pulau Indonesia dan di atas gong terdapat tulisan UUD 1945. Oiya untuk masuk ke area gong ini, pengunjung wajib buka alas kaki. Dan ini tempat yang jadi spot foto wajib ketika berkunjung ke sini. Hihi..
Gong Perdamaian |
Pas pepotoan di depan gong ini, saya ada pengalaman menarik. Kota Palu memang kota yang baru pertama kali saya kunjungi. Dan setiap ada kesempatan berkunjung keluar kota, saya selalu mencari teman yang domisili di kota yang saya kunjungi itu. Tapi di Palu, saya mikir, Ah sudahlah. Saya gak punya teman yang domisili Palu. Hingga akhirnya tepat di depan Gong Perdamaian ini, saya mendengar suara pengunjung yang sedang ngobrol dengan temannya, kok suara itu gak asing di telinga saya. Kayaknya saya kenal suara itu. Tapi saya takut menyapa duluan, takut salah orang. Suaranya yang khas, makin bikin saya yakin. Sumber suara itu adalah teman saya! Eh, belum sempat saya menyapa duluan. Tiba-tiba dia menoleh, lalu teriak: TENRIIII!
Gak salah lagi! Ternyata saya gak salah orang. Andi Nurwana adalah teman kuliah yang terakhir ketemu kayaknya pas wisuda. Udah gak pernah ketemu lagi setelahnya. Bertegur sapa di grup whatsapp pun hanya sesekali. Gak nyangka akhirnya ketemu di sini hehehe..
Selain ketemu teman lama di sana, ada lagi kejadian seru saat akan pulang dari Tugu Perdamaian ini. Oiya, Palu memang bukan kota yang terlalu ramai. Obyek wisata seperti Tugu Perdamaian ini, saya bebas pepotoan tanpa perlu antri atau nunggu sepi, karena memang pengunjung yang datang tak terlalu banyak. Nah kejadian seru yang saya maksud adalah Ketika akan pulang ke hotel dan siap-siap ke bandara. Udah jam 3 sore nih. Flight saya menuju Makassar adalah pukul 17.55, yaa secara prediksi, keburu laah, ke hotel untuk ngambil barang lanjut ke bandara.
Saya berkali-kali order taksi online dari lokasi Tugu Perdamaian itu dan gak ada driver yang menerima. Ternyata lokasi ini bukan lokasi yang sering dijadikan tempat mangkal para driver. Hampir hopeless, saya mencoba tanya security yang berjaga. Katanya ojek pangkalan pun gak ada. Hwaaaa, jadi pengen nangis dong. Mau jadi nebengers, gak ada satu pun kendaraan yang lewat. Tapi bukan Ndy namanya, kalau cepat pasrah. Saya gak berhenti memesan taksi online. Gagal lagi, coba lagi. Berulang kali. Berbekal tethering hotspot milik teman, karena sinyal di smartphone saya juga gak ada (ngenes yaa hahaha), permintaan pemesanan taksi online saya ada yang respon. Dari aplikasi, keliatan kalau drivernya menuju ke titik saya, meski harus menunggu lama.
puyeng buk? |
Saran saya, kalau nanti kondisi sudah membaik, dan manteman mau berkunjung ke Tugu Perdamaian ini, sebaiknya bawa kendaraan sendiri atau rent car yang bisa nungguin sampai pulang. Biar gak mengalami hal yang sama kayak saya. Hihihihi..
Oiya, saat berkunjung awal Maret lalu, saya gak pernah kepikiran sebelumnya kalau kurang dari dua pekan kemudian, saya akan lebih banyak di rumah. Menjalani masa-masa #workfromhome, untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.
Nosarara Nosabatutu. Sama seperti nama lokasi tempat saya berfoto ini. Kita semua, saudara sebangsa Indonesia, harus bersatu. Bersabar dan tersadar untuk sama-sama #dirumahaja dulu. Dan menjadi pejuang pemutus rantai penyebaran virus yang sedang masif jalan-jalan keliling dunia.
Oiya, saat berkunjung awal Maret lalu, saya gak pernah kepikiran sebelumnya kalau kurang dari dua pekan kemudian, saya akan lebih banyak di rumah. Menjalani masa-masa #workfromhome, untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.
Nosarara Nosabatutu. Sama seperti nama lokasi tempat saya berfoto ini. Kita semua, saudara sebangsa Indonesia, harus bersatu. Bersabar dan tersadar untuk sama-sama #dirumahaja dulu. Dan menjadi pejuang pemutus rantai penyebaran virus yang sedang masif jalan-jalan keliling dunia.
Alhamdulillah Palu sdh mulai bangkit lagi, sdh ada ojol jg. Trkhis sy kesini seminggu pasca tsunami :( dan tdk ada aktifitas apapun..
ReplyDeleteMantap infonya, sukses ya
ReplyDeleteMakasih atas informasinya!
ReplyDelete